Rabu, 25 Mei 2011

TEORI PEMBELAJARAN

Teori-teori belajar


Di bawah ini akan dijelaskan beberapa teori belajar.
1.         Aliran Behavioristik (Tingkah Laku)
Menurut aliran ini belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Atau dengan kata lain belajar merupakan perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil I nteraksi antara stimulus dan respons Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini adalah sebagai berikut:
1)         Thorndike
Menurut Thorndike (1911) salah seorang pendiri aliran tingkah laku, belajar adalah proses interaksi antara stimulus(yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons(yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau gerakan), atau yang  nonkonkret(tidak bisa diamati). Tohrndike tidak menjelaskan bagaimana cara mengukur berbagai tingkah laku yang nonkonkret, tetapi teorinya banyak memberikan inspirasi kepada pakar lain.
Prosedur eksperimentalnya adalah membuat agar setiap hewan lepas dari kurungannya sampai ke tempat makanan. Apabila hewan terkurung, maka hewan itu sering melakukan bermacam-macam kelakuan, seperti menggigit, menggosokkan badannya ke sisi-sisi kotak, dan cepat atau lambat hewan itu tersandung pada palang sehingga kotak terbuka dan hewan tersebut akan lepas.
2)         Watson
Watson (1963) mengabaikan berbagai perubahan mentalyang mungkin terjadi dalam belajar dan menggangapnya sebagai factor yang tidak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak penting, semua itu penting. Tetapi, factor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi hanya dengan asumsi demikianlah menurut Watson, dapat diramalkan perubahan apa yang akan terjadi pada siswa.
Berdasarkan uraian di atas penganut aliran tingkah laku lebih suka memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak bisa di ukur, meskipun mereka tetap mengakui semua hal itu penting.

3)         Clark Hull
Clark Hull (1943) mengemukakan konsep pokok teorinya yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusinya Charles Darwin. Bagi Clark Hull tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup. Oleh karena itu, dalam kebutuhan biologis dan pemuasaan kebutuhan biologis menempati posisi sentral. Menurutnya, kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan seperti, lapar, haus, tidur, hulangnya rasa nyeri, dan sebagainya. Setelah munculnya Skinner teori ini tidak banyak dipakai dalam dunia praktis, meskipun sering digunakan dalam berbagai eksperimen dalam laboratorium.
4)         Edwin Guthrie
Edwin Guthrie mengemukakan teori kontiguiti yang memandang bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respons tertentu.  Guthrie berpendapat hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Faktor hukuman nantinya tidak lagi dominan dalam teori-teori tingkah laku, terutama setelah munculnya Skinner dengan penguatan.
5)         Skinner
Skinner (1968) penganut paham neobehaviorisme yang mengalihkan dari laboratorium ke praktik kelas. Menurutnya deskripsi hubungan antara stimulus dan respons untuk menjelaskan perubahan tingkah laku(dalam hubungannya dengan lingkungan) menurut versi Watson tersebut adalah deskripsi yang tidak lengkap. Untuk memahami tingkah laku siswa secara tuntas, diperlukan pemahaman terhadap respons itu sendiri, dan berbagai konsekuensi yang diakibatkan oleh respons tersebut. Menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan membuat segala sesuatunya menjadi bertambah rumit. Program pembelajaran yang menggunakan konsep stimulus, respons, dan factor penguatan adalah contoh program yang memanfaatkan teori Skinner.
2.         Aliran Kognitif
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belaar daripada hasil belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekadar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Belajar mengakibatkan proses berfikir yang sangat kompleks, teori yang sangat era hubungannya dengan teori sibernetik. Pada awalnya para ahli menjelaskan bagaimana siswa mengolah stimulus, dan bagaimana siswa tersebut bisa sampai ke respons tertentu. Pada penjelasan ini masih terlihatnya pengaruh aliran tingkah laku di sini, lambat laun perhatian ini mulai bergeser.
Menurut teori ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Di bawah ini beberapa tokoh yang beraliran kognitif:
1)         Piaget
Menurut Jean Piaget (1975) bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan yaitu: asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Proses asimilasi adalah proses penyatuan informasi ke strukur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Menurutnya proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalu siswa. Guru yang mengajar tidak menghiraukan tahapan-tahapan perkembangan kognitif siswa cenderung menyulitkan para siswanya.
2)         Ausubel
Menurut Ausubel (1968) siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut pengatur kemajuan (belajar)  didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik atau informasi umum yang mencakup semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Ausubel percaya bahwa pengatur kemajuan (belajar) dapat memberikan tiga macam manfaat, yaitu:
a.          Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan dipelajari oleh siswa
b.         Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang duipelajari siswa ”saat ini” dengan apa yang “akan” dipelajari siswa sedemikian rupa
c.          Mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah
Oleh karena itu, pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus sangat baik. Hanya dengan demikian seseorang guru akan menemukan informasi yang menurut Ausubel “sangat abstrak, umum, dan inklusif”, yangmewadahu apa yang akan diajarkan. Logika berfikir guru juga dituntut sebaik mungkin untuk memilah-milah materi pelajaran, merumuskannya dalam rumusan yang singkatdan padat, serta mengurutkan materi demi materi ke dalam struktur urutan yang logis dan mudah dipahami.
3)         Bruner
Bruner (1960) mengusulkan teorinya yang disebut free discovery learning. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya.
Bruner mengemukakan perlunya ada teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas. Menurutnya, teori belajar memprediksikan berapa usia meksimum seorang anak untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara-cara mengajarkan penjumlahan.
3.         Aliran Humanistik
Bagi penganut aliran ini proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari beberapa teori sebelumnya teori humanistic inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat daripada dunia pendidikan. Teori ini menekankan pada “isi” dari proses belajar, pada kenyataannya teori inilebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini tertarik pad aide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar seperti apa adanya.
 Dalam praktik teori ini terwujud dalam pendekatan yang diusulkan Ausubel, yang disebut belajar bermakna. Berikut adalah para tokoh dalam aliran humanistic:
1)         Bloom dan Krathwohl
Mereka menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan yaitu: kognitif, psikomorik, dan afektif. Taksonomi Bloom ini, berhasil member inspirasi kepada banyak pakar lain untuk mengembangkan teori-teori belajar dan pembelajaran. 
2)         Kolb
Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat yaitu: pengalaman konkret, pengamatan aktif dan reflektif, konseptualisasi, serta eksperimentasi aktif. Misalnya siswa mengetahui hukum suatu perbuatan,tetapi siswa juga mampu menggunakan hokum tersebut untuk memecahkan suatu masalah. Siklus belajar semacam itu terjadi secara berkesinambungan dan berlangsung di luar kesadaran siswa.
3)      Honey dan Mumford
Menurut mereka ada empat tipe siswa yaitu: aktivis, reflector,teoris, dan pragmatis. Tipe aktivis adalah mereka yang suka melibatkan diri pada pengalaman baru, siswa seperti ini cenderung berfikir terbuka dan mudah diajak berdialog kadangkalanya mudah percaya. Siswa dengan tipe ini menyukai metode yang mampu mendorong seseorang menemukan hal0hal baru, seperti brainstorming atau prolem solving, akan tetapi mereka cepat merasa bosan dengan hal-hal yang memerlukan waktu lama dalam implementasi.
Tipe reflektor adalah siswa yang cenderung berhati-hati mengambil langkah, Siswa yang teoritis adalh siswa yang sangat kritis, senang menganalisis, dan tidak pendapat atas penilaian yang sifatnya subjektif, bagi mereka berfikir rasional adalah sesuatu yang sanga penting. Tipe pragmatis biasanya menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis dari segala hal, teori penting bagi mereka jika sesuatu bisa dipraktikkan itulah sesuatu yang bisa dikatakan ada gunanya.
4)      Habermas
Bagi Habernas belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesame manusia. Dengan assumsi ini ia mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu: belaar teknis, belajar praktis, dan belajar emansipatoris. Belajar teknis, siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan alam. Belajar praktis, siswa belajar dengan berinteraksi antara ia dengan orang-orang disekelilingnya.  Dalam belajar emansipatoris, siswa berusaha mencapai pemahaman dan kesadaran yang sebaik mungkin tentang perubahan kesadaran tehadap transformasi cultural ini dianggap tahap belajar yang paling tinggi, sebab transformasi cultural inilah yang dianggapsebagai tujuan pendidikan yang paling tinggi.

4.         Aliran Sibernetik
Teori ini adalah teori yang paling baru, teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Sekilas teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Dalam teori yang lebih penting adalah system informasi yang diproses. Informasi inilah yang akan menentukan proses.
1)         Landa
Menurut Landa ada dua proses berfikir. Pertama disebut algoritmik, yqitu proses linier, konvergen,lurus menuju ke satu target tertentu. Kedua adalah heuristik , cara berfikir divergen, menuju ke beberapa target sekaligus. Memberikeluesan keada siswa untuk berimajinasi dan berfikir.
2)         Pask dan Scott
Pendekatan yang berorientasi pada pengelolaan informasi menekankan beberapa hal seperti ingatanjangka pendek, ingatan jangka panjang,dan sebagainya yang berhubungan denganapa yang terjadi pada otak kita dalam proses pengolahan informasi. Kita lihat aliran neurobiologis sangat terasa di sisni. Namun, menurut teori sibernetik ini agar proses belaar berjalan seoptimal mungkin, bukan hanya cara kerja otak kita yang perlu dipahami, tetapi juga lingkungan yang memengaruhi mekanisme itu pun perlu diketahui. [1]


[1] Hamzah B. Uno, Orienasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Hlm. 18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar